Home » , , , , » Klasifikasi Pameran Seni Rupa (Tipe, Karakter,Tempo, dan Struktur Pameran) – Bagian 2

Klasifikasi Pameran Seni Rupa (Tipe, Karakter,Tempo, dan Struktur Pameran) – Bagian 2

Posted by Stand Desain Indonesia on Sunday, January 3, 2016

international exhibition
Artikel berikut ini adalah lanjutan dari bagian 1 klasifikasi pameran seni rupa
Tempo/Durasi Pameran
Pameran-pameran di bawah ini dikategorikan berdasar dari waktu yang dipakai. Kategori waktu tidak dibatasi dengan pengertian jam, hari atau kala yang terbatas secara jelas, namun lebih berdasarkan pada seberapa lama penggunaan waktunya. Berikut kategori tersebut:
  1. Pameran Tetap/ Permanen.
  2. Pameran Temporer/ Insidental 
  3. Pameran Keliling 
  4. Pameran Berkala

Struktur Lokasi
Sedangkan pelaksanaan pameran berdasarkan struktur lokasi pameran sebagai bagian dari representasi alternatif, bahkan dapat dianggap pula sebagai bagian dari kesadaran seni rupa kontemporer yang menerobos berbagai hal, dapat dibagi sebagai berikut:
  1. Pameran dengan struktur baru (new structure), yaitu struktur yang dibuat untuk sebuah proyek yang spesifik. Contohnya pembuatan model pameran yang lain daripada yang lain dengan mengambil analogi seperti pameran dengan aktivitas jalan-jalan (sightseeing), seperti yang terlihat pada proyek “Traveling Exhibition by Nano Museum” yang dikelola oleh Nano Museum atau yang dibuat oleh Robert Wagner Museum atau contoh khusus yang ada di Indonesia oleh Eddie Hara dan Ellen Ursellmann yang berjalan- jalan di kota Jogja selama 24 jam. 

  2. Pameran dalam konteks kehidupan nyata/sehari-hari yang dipertahankan selama durasi waktu tertentu masa pameran. Ini merupakan pengelolaan pameran di “ruang-ruang antara” yang dipilih dari tempat-tempat aktivitas kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah pameran di ruang dapur (kitchen exhibition), kamar hotel, dan sebagainya yang diubah menjadi tempat pameran (exhibition booth design) untuk jangka waktu tertentu. Sedang di Indonesia pernah dilakukan oleh Krisna Murti yang menggelar seni multimedianya di WC umum atau Edo Pilu pada karya Dewa Swasembada Anarkhi (1997) di pameran “Slot in the Box” yang berada di kamar mandi Galeri Cemeti (kini Cemeti Art House) Jogja. 

  3. Pameran yang menginfiltrasi ke dalam struktur atau lembaga yang tidak didesain untuk merepresentasikan seni rupa. Model ini ialah proyek yang dikelola misalnya pameran seni rupa kontemporer dalam suatu ruang diorama museum tertentu atau pada supermal seperti pameran diinstalasi di Plaza Senayan. 

  4. Pameran yang diadakan dalam konteks yang sama dengan kecenderungan ruang pamerannya. Ini adalah pameran yang dibuat dalam suatu institusi dengan skala yang sama dengan membuat pergantian susunan atau struktur yang biasanya dipakai. Misalnya Asia Pacific Triennalle yang diadakan di Queensland Art Gallery, biasanya galeri hanya berpameran dengan skala kecil, kini dibuat untuk memberi rangsangan dengan menggelar pameran dengan skala yang sangat besar. 

  5. Pameran yang memiliki mobilitas yang besar, yang tidak terikat dengan salah satu tempat sebagai base-nya. Contohnya proyek seni “Do it” suatu proyek kumpulan beberapa instruksi dari seniman yang dibawa pada suatu lokasi yang responsif, dimana para penonton menjadi partisipan atau pemain dalam karya seni tersebut. Proyek ini diadakan di Ritter Kunsthalle di Klagenfurt (Austria), di CCA Glasgow dan FRAC des Pays de Loire (Nantes, Prancis), sedang di Indonesia pernah ada (walaupun dengan skala kecil tetapi sejenis) seperti Aksi Seni Rupa Publik (1999) di seantero kota Yogyakarta atau pameran seni rupa jerami, ranting, dan angin di Warung Sawah (Warsawa) Nitiprayan Yogyakarta (2002), dan lainnya yang sejenis.

Dari ulasan dan pengkasifikasian sistem dan karakter pameran semacam ini, dapat diambil manfaatnya sebagai upaya untuk mempermudah pengomunikasian pikiran, selain antara perencana dan pelaksana, juga pada penyelenggara pada publik yang akan menontonnya.

Pembacaan jenis pameran semacam ini jelas akan semakin mempermudah penyajian dan teknis pengerjaannya. Tentu pada setiap jenis pameran perlu dicari konsentrasi mana yang harus dikerjakan lebih utama dan didahulukan, karena memakan waktu yang lama dan cenderung memiliki hambatan paling besar. Perlu diingat bahwa pengelompokan dengan berbagai jenis pameran tidak dimaksudkan untuk semakin mempersempit pilihan, namun dimaksudkan sebagai kajian detail yang bersifat memilah yang bersifat komprehensif. Oleh karena itu, tidak berarti bahwa dalam pengelompokan pameran seperti dalam buku ini, penyelenggara hanya dapat melakukan satu sistem, kategori, atau konsep saja, namun sangat terbuka kemungkinan penyelenggara untuk melakukan terobosan-terobosan, misalnya dengan menggabung-gabungkan tipe, karakter, tempo, struktur lokasi pameran dengan cara yang kreatif.

Perencanaan dalam menentukan jenis pameran akan menjadi semakin berpengaruh dan menarik bagi publiknya (sebut saja masyarakat umum yang ditempati pameran) bila pameran itu memang mencoba menggali dan memanfaatkan kejadian-kejadian, mengelaborasikan wacana dengan penelitian-penelitian, perangkat sumber daya yang ada, atau mencoba menggali penemuan yang sama sekali “baru” dan terkini yang belum ada pada ruang/tempat pameran yang disinggahinya. Semua terbuka untuk dibongkar, dianulir atau pun dimaknai ulang. Agar seni rupa kita juga berkembang, baik praktik maupun wacana di baliknya.

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menrencanakan dan menyelenggarakan pameran, kami sarankan mengonsultasikan dengan kontraktor pameran untuk mendapatkan pendampingan selama pameran.


stand desain

1 comments:

  1. Terimakasih ya, infonya bermanfaat.
    Oh ya, mau menambahkan informasi aja nih.
    Bagi yang membutuhkan Sewa Misty Fan Bali untuk berbagai keperluan seperti event misalnya, bisa coba hubungi kami dari Arthur Teknik ya. Dijamin profesional dalam pengerjaannya.

    ReplyDelete

exhibition design. Powered by Blogger.
.comment-content a {display: none;}